Sabtu, 31 Juli 2010

DOPING
PENDAHULUAN
Masalah doping sudah menjadi pembicaraan besar sejak pertengahan abad 19. Pembicara doping pada masa sekarang pun masih menjadi berita besar hal ini dapat dilihat dari kasus-kasus olahragawan yang menggunakan doping demi mengejar juara, mendapatkan medali dan prestasi, dari dulu sampai sekarang masih hangat untuk dibicarakan, lebih-lebih pada masa sekarang yang mempunyai latar belakang yang lebih komplek dan bervariasi.
Suatu pertanyaan muncul apakah betul jika seorang olahragawan menggumakan doping akan memberi pengaruh pada dirinya? Doping digunakan sebagai suatu substansi atau pengaruh untuk meningkatkan penampilan seorang olahragawan secara tidak jujur didalam persiapannya untuk kompetisi. Akan tetapi doping yang dilakukan terus menerus akan memberikan akibat yang buruk terhadap kesehatan fisik maupun psikologis, sehingga dilihat dari satu sisi memberikan keuntungan bagi olahragawan akan tetapi dari sisi lain memberikan kerugian yang lebih besar baik fisik maupun psikologis bagi pemakainya.
Dalam dinia olahraga sudah banyak dikenal istilah doping. Banyak atlit atau pelatih karena ambisi untuk menang dan memecahkan rekor tega melakukan doping. Pada umumnya mereka yang melakukan doping tidak mempertimbangkan kerugian-kerugian dari pengguna obat-obat berbahaya tersebut, mereka hanya memikirkan keuntungan yang sesaat.
Istilah doping berasal dari kata dop yaitu suatu minuman di Afrika yang menggunakan ekstrak kola, alkohol dan xanthin. Doping didifinisikan sebagai suatu pengguna bahan termasuk subtansi fisiologi dalam berbagai bentuk kedalam tubuh, dalam jumlah dan cara yang tidak wajar pada seorang sehat dengan tujuan khusus membuat dan menaikkan penampilan yang terbaik dalam suatu kompetisi. Oleh karena itu untuk menetapkan kemurniaan sebagai juara dalam kompetisi tingkat nasional maupun internasional selalu dilakukan doping kontrol yang melibatkan pengetahuan klinik dan analisa kimia.
PENGGOLONGAN DAN FARMAKOLOGI OBAT DOPING
International Olympic Committee (1984) menetapkan daftar obat doping sebagai berikut:
A. Obat Stimulan psikomotor
Jenisnya : amfetamin, dimetilamfetamin, etilamfetamin, metilamfetamin, benzfetamin, khlorfentermin, kokain, dietilpropion, fencamfamin, meklofenoksat, metilfenidat, norpseudoefedrin, pemolin, fendrimetasin, fenmetrasin, fentermin, diprodol, prolitan, dll
Kelelahan merupakan faktor yang sangat mengganggu penampilan seorang atlit dilapangan. Untuk mengurangi rasa lelah sering digunakan stimulansia yaitu amfetamin dan derivatnya.
Amfetamin merupakan obat sebagai simpatomimetik tak langsung pada sel reseptor akhir saraf artinya tergantung pada peningkatan kadar transmiter pada ruang sinap. Amfetamin memberikan efek ini karena melepaskan depot intra seluler katekolamin. Karena amfetamin juga menghambat monoamin oksidase (MAO), kadar katekolamin yang tinggi mudah dilepaskan kedalam ruang sinaps.amfetamin di absorbsi sempurna dalam saluran pencernaan, dimetabolisme hati dan dikeluarkan dalam urine. Penyalahgunaan amfetamin sering menggunakan obat dengan suntikan intravena atau merokok. Euforia yang disebabkan amfetamin berlangsung 4-6 jam.. Oleh karenanya amfetamin berefek menaikkan tekanan sistolik, frekuensi, relaksasi otot polos bronkhus dan usus, dilatasi pupil, mengurangi sekresi air ludah, menaikkan kecepatan metabolisme, menaikkan konsumsi oksigen, menaikkan kadar asam lemak bebas, pada sistem saraf pusat menaikkan aktivitas psikomotor, stimulasi, respirasi, mengurangi rasa ngantuk. Bahaya pemakaian amfetamin adalah terjadinya kehabisan cadangan metabolit pada sel, diduga hal ini yang dapat menyebabkan kematian

B. Simpatomimetika
Jenisnya : efedrin metilefedrin, metafedrin, isioterin, khlorpenalin, isaprenalin, metoksifenamin.
Efedrin dan derivatnya sering digunakan sebagai doping. Efedrin merupakan simpatomimetik yang mekanisme kerjanya mirip dengan amfetamin. Dalam klinik efedrin digunakan dalam pengobatan asma, alergi hipotensi selama spinal, nasal, dekogestan dan adanya blok atrioventrikuler. Efedrin bersifat agonis terhadap reseptor alfa dan beta adrenergik dan efek mnambah pelepasan noreipinefrin para neuron simpatis. Obat ini cukup baik diabsorbsi per oral. Dari sifat diatas maka obat ini berefek menstimulasi jantung dan menaikkan tekanan perifer, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Stimulasi pada reseptor alfa adregenerik berakibat kenaikan resistensi kandung kencing, sedangkan pada reseptor beta di paru menyebabkan bronchodilatsi. Stimulasi efedrin terhadap sistem saraf pusat lebih lama dibanding amfetamin
Pada pemberian per oral onset obat tampek setelah beberapa jam. Obat ini dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk tak berubah dan mempunyai waktu paruh sekitar 3-6 jam.

C. Stimulansia sentral
Jenisnya : kafein, amifenasol, bemigrid, kropropamid, deksopram, ethamifan, leptazol, nikethamid, pikrotoksin, strikhnin.
Xanthin dapat bekerja melalui berbagai mekanisme, termasuk translokasi kalsium akstraseluler, meningkatkan siklik adenosin monofosfat (cAMP) dan siklik guanosin monofosfat dengan akibat penghambatan berefek fosfodiesterase dan reseptor adenosin. Kafein merupakan derivat xanthin yang dapat berefek pada sistem aktifitas retikuler, pembuluh darah, otot skelet, medula adrenal dengan akibat kenaikan asam lambung, pepsin, frekuensi jantung, tekanan darah meningkat, lipolisis naik, kontraktilitas otot skelet naik, konsumsi oksigen dan kecepatan metabolisme naik dan diuresis bertambah.
Kafein berpengaruh pada penambahan penampilan dan aktivitas indurasi atlit, karena stimulasi sistem saraf pusat, kenaikan metabolisme lemak dan kontraktilitas otot skelet. Kafein berpengaruh pila pada glikogenolisis dan menghambat penggunaan sediaan glikogen otot.
Efek buruk kafein dapat menyebabkan sakit kepala, tremor, nervous, aritmnia. Efeksamping yang paling sering terjadi adalah atlit kurang bisa istirahat, hiperaktivitas, mulut kering, tinnitus, skotoma, mialgia, dan depresi.

D. Analgesik Narkotik
Jenisnya : morfin, oksomorfin, hidromorfin, anileridin, kodein, dekstromoramid, dihidrokodein, dipipaono, heroin, dihidrokodon, levorfanol, metadon, pentazosin, pethidin, piminodin, thebakon, trimeperidin, dll
Golongan ini terutama dipergunakan untuk menghilangkan rasa nyeri. Diketahui bahwa cidera, luka bakar, peradangan tumor, kolik dan sebagainya seringkali disertai nyeri. Pada keadaan tersebut pengguna narkotik analgetik merupakan indikasi medik. Masalah yang timbul mempunyai dua sisi. Pada satu sisi, nyeri adalah isyarat biologis daripada ancaman kegagalan organisme dan tidak disembunyikan sampai penyebab ditemukan. Pada sisi lain murni masalah medik. Nyeri hebat dapat menurunkan tekanan darah, kehilangan kesadaran dan sebagainya yang tidak boleh dibiarkan begitu saja.
Karena tekanan pada atlit sangat berat bahwa mereka harus berprestasi baik, kadang-kadang mereka mempergunakan narkotik untuk pelarian emosional. Latihan beban selama ber jam-jam seringkali disertai nyeri pada otot disertai pembebanan tendon dan persendian.
Dari golongan ini sangat terkenal dan sering disalah gunakan adalah morfin dan derivatnya. Morfin dan opioidbereaksi pada beberapa sistem dalam sistem saraf pusat, baik spinal maupun supraspinal. Sebagai agonis terhadap suatu reseptor khusus, secara selektif menghambat reflek nocicaptive dan memacu terjadinya analgesik terutama bila digunakan secara intrathecal atau lokal pada medulla spinalis. Efeklain dari morfin adalah terjadinya perubahan mood sampai dengan perasaan senang (euforia). Efek sentral yang merugikan adalah pada hiphotalamus berupa perubahan titik keseimbangan regulasi suhu tubuh.akibatnya dapat terjadi hipertermia. Disamping itu morfin juga menekan pusat pernafasan pada batang otak, sehingga pada tingkat keracunan bisa berakibat berhentinya pernafasan.

E. Steroid Anabolik
Jenisnya : testoteron, metiltestoteron, dehidrohlormetil testoteron, fluoksimesteron, oksimestoron, mesterolon, menthenolon, methandeinon, nadrolon, norethandrolon, oksimetolon, stanozolol, klostebol.
Obat ini derivat hormon laki-laki atau androgen. Sehingga nama lengkapnya menjadi hormon steroid androgonik anabolik. Dari struktur kimia tampak cincin steroid yang juga ada pada kartikosteroid. Hormon kartokosteroid mempunyai efek antiinflamasi dan sifat-sifat yang membedakan dengan steroid anabolik.
Anabolik steroid dapat digunakan secara oral atau injeksi. Pertanyaannya yang timbul, apakah steroid anabolik dapat meninggikan performance seorang atlit? Jawabnya dalah “ya” yaitu dengan menambah ukuran dan kekuatan otot, terutama bila terlatih ototnya dan nutrisi baik. Dalam sel otot, steroid anabolik menunjukkan stimulasi produksi protein, sekaligus menekan efek katabolik kortokosteroid yang dilepas oleh tubuh selama terjadi tekanan (stress).
Pada sel-sel tertentu anabolik merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder seperti tumbuhnya janggut dan penebalan pita suara. Tentang pengaruh buruknya adalah bahwa steroid anabolik berefek menurunkan produksi testosteron oleh testis. Hal ini terjadi dengan mekanisme monitoring hyphotalamus terhadap kadar hormon kelamin menurunkan stimulasi pada kelenjar pituitari dalam melepaskan gonodotropin, berakibat hormon lutein berkurang dan testis menghasilkan sedikit testosteron. Disamping itu hormon penstimulasi folikel juga turun dan berakibat produksi sperma rendah.
Naiknya agesivitas dan timbulnya iritabilitas bagi sebagian atlit menguntungkan karena timbul keberanian yang lebih besar. Karena terjadi ketidak seimbangan antara motivasi dan kekuatan otot, maka sering terjadi cidera pada otot, tendo dan jaringan ikat lain.
Penggunaan steroid anabolik juga berpengaruh pada gambaran lipida darah yaitu HDL kholesterol turun dan LDI naik dan ini merupakan faktor resko penyakit jantung , dapat berupa infrak miokard maupun hipertensi. Tumor hati baik jinak maupun ganas terjadi pada pemakaian steroid anabolik. Efek samping steroid pada wanita dapat terjadi pertumbuhan bulu pada wajah dan tubuh, suara membesar dan pembesaran klitoris.

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka penyaji dapat menyimpulkan bahwa bahwa perangsangan SSP oleh obat pada umumnya melalui dua mekanisme yaitu
1. Mengadakan blokade sistem penghambatan.
2. Meningkatkan perangsangan sinaps.
Ada beberapa mekanisme yang dapat merangsang napas yaitu :
1. Perangsangan langsung pada pusat napas baik oleh obat atau adanya perubahan pH darah.
2. Perangsangan dari implus sensorik yang berasal dari kemo reseptor di badan karotis.
3. Perangsangan dari implus eferen terhadap pusat napas
4. Pengaturan dari pusat yang lebih tinggi.
Belum ada obat yang selektif dapat merangsang pusat vasomotor. Bagian ini ikut terangsang bila ada rangsangan pada medula oblongata oleh obat perangsang napas dan analeptik.

DAFTAR PUSTAKA
Amir Syarif, SKM, dr. Dkk. 2003.”farmakologi dan terapi”. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.
Dangsina, Moeloek, MS,Sp KO, dr.Dkk. 2000.”Pedoman dan Verifikasi Gender”. Surabaya.
Mery J, Mycek, Dkk. 1995.”Farmakologi Ulasan Bergamba”. Jakarta : Widya Medika.
Dangsina, Moeloek.1995. “Doping”. Jakarta : Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI)

0 komentar:

Posting Komentar